Indonesia Ikut Serta Pada Festival Budaya Antarbangsa ke-7 di Universitas Islam Madinah

Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Dr. Muhammad bin Abdul Karim al-Isa mengunjungi Stand Indonesia
Madinah – Indonesia kembali ikut serta pada Festival Budaya Antarbangsa Universitas Islam Madinah yang pada tahun ini diselenggarakan pada 27 Februari-10 Maret 2018. Stand Indonesia yang diwakili oleh PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Madinah selalu hadir di setiap tahunnya. Festival yang ketujuh ini dibuka oleh Gubernur Madinah, YM Pangeran Faisal bin Salman bin Abdul Aziz Al Saud, Wakil Gubernur Madinah, YM Pangeran Saud bin Khalid bin Faisal bin Abdul Aziz Al Saud, Rektor Universitas Islam Madinah, Dr. Hatim bin Hasan bin Hamzah Almarzoky beserta 34 Duta Besar, Konsul Jenderal dan Perwakilan Negara-negara Sahabat setelah menghadiri Wisuda Angkatan ke-54 Universitas Islam Madinah, Selasa, 27 Februari 2018.
Pada Pembukaan Festival turut hadir Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Achmad Ubaedillah, Pelaksana Fungsi Pensosbud KBRI Riyadh, Sunan Jaya Parera, dan Kepala Kanselerai KJRI Jeddah, Rahmat Aming Lasem. Konjen RI Jeddah Mohamad Hery Saripudin mengapresiasi semangat mahasiswa Indonesia di UIM yang cukup aktif mempromosikan citra Indonesia melalui festival kebudayaan yang tahun ini mengusung tradisi Tana Toraja. “Saya menitipkan kepada pengurus yang baru agar (festival) tahun depan ditingkatkan, mungkin ada side programnya dalam bentuk apa gitu, sehingga tidak melulu yang sifatnya statistik yang ada di pameran itu, seperti pemberian seminar yang ditujukan untuk mahasiswa dari lain negara” katanya.
Festival kali ini berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain durasi penyelenggaraan yang lebih lama, Universitas Islam Madinah bekerjasama dengan Otoritas Pengembangan Provinsi Madinah untuk menghadirkan bus antar jemput dari 6 titik di kota Madinah untuk menuju ke tempat festival.
Stand Indonesia kali ini mengangkat tema Sulawesi Selatan, dengan desain rumah Tongkonan yang merupakan rumah adat Suku Toraja, tidak lupa Kapal Pinisi juga ikut menghiasi dinding stand Indonesia. Festival yang diikuti oleh 80 negara ini juga dikunjungi oleh Menteri Perumahan Arab Saudi, Majed bin Abdullah al-Hogail dan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Muhammad bin Abdul Karim al-Isa.
Setelah 2 tahun lalu mengangkat tema Jawa dan tahun lalu mengangkat tema Minangkabau, kali ini beranjak ke Sulawesi. “Di tahun ini kami mengangkat tema Sulawesi, lebih mengenalkan wilayah Timur Indonesia, kemudian juga kita menyiapkan permainan tradisional seperti engrang dan bakiak, target kami agar setelah acara besar ini para pengunjung tidak hanya tahu tentang Jakarta dan Puncak, tetapi juga tahu Sulawesi beserta adat-adanya” ujar Faqih Hamdani Hafizh, Ketua Panitia Stand Indonesia. Untuk pertama kalinya stand Indonesia juga mempromosikan kopi Indonesia (Gayo, Bali dan Toraja).
Pada awalnya festival dijadwalkan hanya sampai tanggal 9 Maret 2018. Namun, karena antusias pengunjung yang hadir festival pun ditambah sehari sampai tanggal 10 Maret 2018. Adapun acara penutupan dan pengumuman pemenang diadakan pada hari Ahad, 11 Maret 2018 yang dihadiri oleh Rektor UIM.
Festival ini menekankan metode Universitas Islam Madinah yang wasatiyah dan moderat. “Festival Budaya dan Bangsa adalah gerbang Universitas Islam Madinah menuju dunia yang menggambarkan berbagai budaya para mahasiswa yang sedang belajar didalamnya, serta mencerminkan sebagian dari visi internasional Universitas, dan tercapai dari festival ini sisi koeksistensi dan wasatiyah” ujar Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Ali al-‘Ubaid, Wakil Rektor Univesitas Islam Madinah. “Festival Budaya dan Bangsa di Universitas Islam Madinah merupakan kegiatan mahasiswa yang menekankan bahwa metode Universitas Islam Madinah yang wasatiyah dan moderat, serta penerapan koeksistensi damai dan toleransi dengan berbagai budaya dan bangsa. Serta menjadikan para mahasiswa sebagai duta perdamaian dan pembangunan di masyarakat mereka” tutur Prof. Dr. Mahmud bin Abdurrahman Kedah, Wakil Rektor Universitas Islam Madinah bidang Kerjasama Internasional.
Penulis: Imam Khairul Annas, Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Islam Madinah